Cara penulisan agar enak dibaca oleh semua kalangan
Penulis adalah profesi kecelakaan saya. Sekitar tahun 2005, saat
mulai berbagi (gratis) di Batam TV dan Radio Kei FM Batam, surat kabar
Batam Pos menawarkan saya untuk mengisi rubrik bisnis mingguan. Saya
jawab ke pimred Batam Pos saat itu, “Wah, saya ini bukan penulis seperti
Mas Ippho. Kalo bicara nyeplos saya bisa”. Beliau menjawab, “Ya udah
gini aja Mas J, saya kirimkan wartawan. Mas J diwawancara, kemudian
dituliskan”.
Deal..!
Minggu depannya, saat tulisan perdana
terbit, saya langsung berduka. Lha koq tulisannya gak sesuai dengan apa
yang saya bicarakan? Apalagi sifat perfeksionis menjadikan saya susah
menerima standar orang lain yang menggunakan nama saya (seolah ditulis
sendiri).
Kemudian saya mengatakan, “Pak, mulai minggu depan saya
aja yang nulis”. Bisa jadi juga itu konspirasi Batam Pos yang
memepetkan saya untuk mulai menulis. Selama 1 jam lebih, saya tak
mendapatkan 1 paragraf pun. Tulis sedikit, hapus lagi. Tulis lagi, hapus
lagi. Ternyata gak gampang nulis.
Kemudian saya menelepon Mas
Ippho, menanyakan tips buat penulis pemula kayak saya. Mas Ippho bilang,
“Udah, Mas tulis aja sembarang, ntar email ke aku. Biar aku edit gaya
bahasa dan EYD nya”. Dapat beberapa paragraf, saya kirim ke Mas Ippho
dan gak sampai 1 jam, dibales email saya dengan tulisan yang cakep abis.
Buseett, canggih amat nih orang.
Tahun 2008, saat penyelesaian
buku pertama saya, The Power of Kepepet (setelah 2,5 tahun menulis),
saya mendapat bantuan sahabat ayah saya, Ir Bagiono Djokosumbogo,
sebagai editor buku saya. Makin ketemu POLA bagaimana menulis yang
menarik. Sebagai catatan, Pak Bagiono adalah pendiri STM Pembangunan
Semarang dan mantan Atase Kebudayaan Perancis. Jadi jangan kaget kalau
buku pertama saya sangat sesuai EYD banget, he he.
Karena saya
bukan orang yang rajin membaca, maka saya sangat paham keluhan para
pembaca. Inilah kaidah-kaidah yang saya buat dalam menulis, agar ‘sejuta
umat’ menyukai tulisan Anda:
VISUALISASIKAN
Jauh sebelum
saya menulis biasanya saya mem-visualisasikan diri saya (seolah) sedang
berbicara dengan Anda. Maka dari itu bahasa saya adalah bahasa AUDITORI,
seolah saya sedang berbicara dengan Anda, betul?
Rumusannya seperti ini: - Saya membayangkan diri saya sedang berbicara kepada Anda. - Saya juga membayangkan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan Anda kepada saya. - Saya membayangkan saya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. - Saya mengulang berkali-kali di benak saya, hingga tak ada lagi sanggahan atau pertanyaan yang kurang jelas. - Saya menuliskan.
Visualisasi dapat dilakukan dimanapun. Saat mengemudi, tiduran, berenang, apalagi saat buang air >> paling tokcer.
MULAI DARI POIN-POIN
Ide itu mahal dan gak setiap saat datang. Jadi siap selalu catatan atau aplikasi untuk mencatat. - Tuliskan poin-poin penting yang terlintas di benak Anda, tak perlu rapi. - Pindahkan ke laptop dan tambahkan keterangan-keterangan, terutama dari hasil visualisasi. - Jangan melakukan editing sambil mengetik. Ketik aja dahulu, edit kemudian, agar tulisan Anda mengalir.
PIT STOP
Pembaca pemula (orang yang jarang membaca), biasanya tak tahan untuk
membaca terlalu lama. Jadikan tulisan Anda seperti Rally Wisata,
perbanyak pemberhentian. Perhatikan buku-buku saya punya POLA serupa.
Tak sampai 1,5 halaman, selalu ada SUB JUDUL, QUOTE atau GAMBAR.
JELASKAN ‘SMURF’ DENGAN CONTOH
- Dalam 1 paragraf, jangan ada lebih dari 1 kata asing (smurf). - Jelaskan 1 smurf dengan minimal 2 contoh.
- Hubungkan 1 smurf dengan kata-kata yang (kira-kira) orang awam
mengetahuinya. Bukan: "Smurf itu adalah suatu smurf yang men-smurf agar
smurf". Pegel nian otak awak. - Guru yang canggih, mampu menyederhanakan kata-kata, bukan terlihat canggih, tapi membuat pembaca puyeng.
TANDA BACA
- Tanda baca membantu pemahaman si pembaca. Kapan harus ‘tarik nafas’, jalan terus dan berhenti.
- Saat membaca ulang, ikuti tanda baca yang Anda gunakan. Apakah
sebagai pembaca, Anda ngos-ngosan, karena terlalu panjang pemutusan? -
Jika ‘iya’, potong menjadi 2 atau 3 kalimat. Apakah terjadi salah
pengertian dikarenakan salah pemenggalan? - Sebisa mungkin gunakan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan bahasa baku. Jika terpaksa
menggunakan bahasa asing atau prokem, gunakan huruf miring (italic).
BACA ULANG MINIMAL 2 KALI
- Bacalah ulang seolah Anda adalah audiens yang Anda ceritai. Kira-kira mereka bisa menangkap pesan Anda kah?
- Hindari pengulangan kata sambung yang sama dalam 1 paragraf. Misalnya
kata ‘tapi’sudah digunakan, maka gunakan kata ‘namun’, dalam paragraf
yang sama. - Perhatikan alur tulisan Anda, apakah sudah ‘runut’ dan mudah dipahami oleh pembaca Anda? Susun ulang jika belum.
- Tutup tulisan dengan kesimpulan atau kata-kata mutiara, agar kesan
itu ‘nempel’ dan ‘nampol’. Lebih nampol lagi, jika diberi mutiara
beneran.
KHUSUS MEDIA SOSIAL
- Karena media sosial seperti
FB, Instagram, Twitter tak ada HURUF TEBAL (bold), maka gunakan huruf
besar (kapital) sebagai gantinya. Terlalu banyak huruf besar, akan merusak fokus dan kenyamanan pembaca. - Batasi 1 paragraf dengan maksimum 8 baris, agar memudahkan membaca via smartphone (socmed).
- Khusus di Twitter, karena terbatas, boleh menggunakan singkatan, tapi
gunakan yang lazim dipahami. Hindari singkatan bertubi-tubi dalam 1
kalimat.
Ada yang bertanya, “Mas J, koq buku-buku Mas J berbeda dengan buku-buku bisnis lainnya?”.
Kuncinya, saat menulis, saya singkirkan semua buku yang ada. Biarkan
tulisan kita original pemikiran dan bahasa kita. Jika ada saduran,
sertakan sumbernya.
“Mahir itu hasil dari rajutan ketekunan yang dilakukan tahunan..”
クイーンカジノ クイーンカジノ dafabet dafabet 메리트카지노 메리트카지노 우리카지노 우리카지노 fun88 fun88 william hill william hill 카지노 가입 쿠폰 카지노 가입 쿠폰 카지노 카지노 바카라사이트 바카라사이트 564
BalasHapus